Kisah Pasutri Batam yang Sukses Ikut Bayi Tabung di Malaysia ~ Bayi Tabung / in vitro fertilization

Jumat, 10 Agustus 2007

Kisah Pasutri Batam yang Sukses Ikut Bayi Tabung di Malaysia

Beberapa pasangan suami-istri (pasutri) di Batam yang ingin punya anak melalui program bayi tabung atau teknik in vitro fertilization lebih suka pergi ke Mahkota Medical Centre di Melaka, Malaysia. Mereka pun berhasil dan sebagian besar mendapatkan bayi kembar. Mengapa mereka memilih Malaysia?

Hari sabtu, sekitar pukul 10.30, RS Harapan Bunda (RSHB) Batam punya gawe. Bertempat di lantai lima rumah sakit itu, beberapa pasutri datang sambil menggendong bayinya. Mereka adalah peserta program bayi tabung yang sukses ditangani Mahkota Medical Centre (MMC), Melaka, Malaysia.

Beberapa pasutri dengan bayi-bayinya itu langsung disambut dokter dan petugas medis dari MMC yang hari itu berada di RSHB untuk mempresentasikan program bayi tabung.

RSHB dan MMC memang akan menjalin kerja sama untuk program bayi tabung dengan teknik in vitro fertilization. Para pasutri yang diundang hari itu adalah warga Batam yang lebih dahulu berhasil menjalani program bayi tabung. Mereka sengaja diundang ke rumah sakit yang terletak di kawasan bisnis Nagoya, Batam, itu untuk berbagi cerita seputar program yang dijalani.

Di antara mereka adalah pasangan Dodi, 37, dan Magdalena, 36. Pasutri yang tinggal di kawasan Eden Park, Batam Centre, itu datang dengan menggendong dua balita perempuan kembar. "Ya, ini kembar," kata Lena –panggilan akrab Magdalena– dengan senyum bahagia kepada Batam Pos (Grup Jawa Pos).

Dia lantas menyebut nama dua putri kembarnya. Yang lebih tua Andrea Safina Kahla digendong Lena, dan adiknya Audrey Zafira Khansa digendong ayahnya. Kahla tampak lebih agresif. Sedangkan adiknya, Khansa, lebih tenang.

Lena yang hari itu mengenakan baju merah dan berjilbab menceritakan, kedua anak perempuannya tersebut adalah hasil program bayi tabung yang diikuti di pusat bayi tabung MMC. ”Sebelumnya, kami berumah tangga selama enam tahun,” katanya.

Bayi kembar itu lahir pada 8 Oktober 2005. ’’Tanggal 8 nanti (Juli), usianya sembilan bulan,’’ ujar Lena.

Mengapa memilih mengikuti program bayi tabung hingga ke MMC di Melaka? ”Kami enam tahun tak dikaruniai momongan sejak menikah 1999. Padahal, menurut dokter, tidak ada yang salah pada saya dan suami saya,” tuturnya.

’’Selama enam tahun itu, kami sudah berobat ke sana kemari. Ikut program di Jakarta, berobat tradisional, berobat ke dokter kandungan, tapi enggak dapat-dapat,’’ katanya sambil menggoyang-goyang Kahla yang berada dalam gendongannya.

Dari bertanya ke beberapa teman, akhirnya Lena dan suaminya mendapatkan informasi tentang program bayi tabung di MMC Melaka, Malaysia. ’’Desember 2004, kami mencoba ke Melaka dan ikut program bayi tabung,’’ kisahnya.

Setelah melalui pemeriksaan kondisi, 10 Januari 2005, dokter di MMC menanam embrio di rahim Lena. Ketika itu Lena ditangani dr S. Selva, spesialis kandungan dan kebidanan di MMC. Upaya ini membuahkan hasil. Hanya dua pekan setelah penanaman embrio, Lena hamil.

”Dokter minta setelah sepuluh hari supaya tes. Saya cek dengan alat cek kehamilan biasa. Saya bersama suami melakukan tesnya. Ternyata, saya hamil, hasilnya positif. Rasanya senang sekali,” katanya sambil tersenyum. ”Kami waktu itu langsung sujud syukur sambil menangis haru,” lanjutnya.

Saat itu sebenarnya Lena berharap dikaruniai satu anak saja. Tapi, ternyata mereka diberi dua momongan sekaligus. Kahla dan Khansa pun lahir. ”Rumah pun semakin ramai,” ucapnya.

Ketika ditanya soal biaya, Lena menyebut angka sekitar 12 ribu ringgit Malaysia (sekitar Rp 30 juta, dengan kurs 1 ringgit = Rp 2.500). ”Itu belum termasuk biaya perjalanan PP dari Batam ke Melaka.

Lena mengatakan, biaya untuk bayi tabung di MMC bergantung proses. Semakin sulit prosesnya, semakin mahal biayanya. Paling mahal 15 ribu ringgit (sekitar Rp 37,5 juta).

Perjalanan ke Melaka bisa ditempuh dengan kapal feri dari Batam ke Johor Baru dulu. Ini butuh waktu sekitar 1 jam 45 menit. Dari Johor Baru ke Melaka naik bus, kurang lebih 4 jam. ”Bagi kami memang lebih praktis dan murah ke Melaka daripada ke Jakarta. Karena itu, jika kerja sama antara RSHB dan MMC terealisasi, bayi tabung bisa ditangani di sini (Batam),” katanya.

Pasutri asal Batam yang juga berhasil menjalani program bayi tabung atau in vitro fertilization di MMC adalah Mujianto, 38, dan Jenny, 36. Keluarga yang tinggal di kawasan Dutamas, Batam Centre ini sebenarnya tidak punya rencana memperoleh momongan melalui program bayi tabung. ”Saya tidak ada rencana. Tadinya cuma mengantar Mama berobat ke MMC. Tapi, saya juga ikut cek. Dari hasil USG, dokter kandungan merekomendasikan agar kami ikut program bayi tabung. Katanya ini satu-satunya jalan yang harus dilakukan (untuk dapat hamil),” ungkap wanita yang bekerja di Asuransi AIA ini.

Selama enam tahun pernikahannya dengan Mujianto yang menjabat sebagai home loan manager di BII, Jenny tidak pernah mempersoalkan belum hadirnya buah hati dalam keluarganya. Meski demikian, Jenny juga tidak habis-habisnya berusaha secara medis.

”Saya berusaha secara medis, tidak pernah ke dukun. Saya percaya pada Tuhan saja. Secara medis, mulai terapi hingga operasi. Waktu itu katanya ada penyumbatan di rahim saya. Saya bahkan berkali-kali ditiup,” ceritanya.

Rupanya, jodoh pasutri Mujianto dan Jenny ini ada di MMC. Awal 2002, pasangan Jenny-Mujianto memulai program bayi tabung (IVF). Jenny-Mujianto merupakan pasangan pertama dari Batam yang mengikuti program bayi tabung di MMC. Hasilnya, sebulan sejak embrio ditanamkan, Jenny pun hamil.

”Saya bersama suami tes sendiri. Benar-benar heboh waktu tahu saya hamil. Ini anugerah terbesar, bisa melihat keajaiban yang diberikan Tuhan. Ini (anak) kan impian setiap orang,” ucap Jenny dengan raut wajah berbinar.

Sepuluh bulan kemudian, penantian Jenny dan Mujianto pun berakhir. Dua bayi laki-laki lahir pada 30 November 2002. Bayi kembar itu akhirnya diberi nama Jovan Theo Anthony dan Jonas Theo Anthony. Saat ini keduanya sudah berusia 3,5 tahun. ”Mereka kompak, mau apa-apa kompak. Tapi, sifatnya berbeda,” ungkap Jenny.

Selain usaha yang cukup panjang, keluarga yang mengikuti program bayi tabung dengan teknik in vitro fertilization ini harus merogoh kocek lebih dalam. Berapa biaya yang harus dikeluarkan? Vincent Wan, marketing director MMC membeberkan, untuk bayi tabung biayanya rata-rata 12 ribu ringgit Malaysia atau sekitar Rp 30 juta.

Tidak ada komentar: