Minggu, 28 Oktober 2007

Do You Qualify for IVF?

The growing popularity of reproductive treatments has made patients much more aware of options like in vitro fertilization. The internet and other media streams allow potential candidates to do extensive research on infertility treatments even before they visit their doctor. While this new breed of educated patient is considered a good thing, it is important to remember that only a doctor can recommend the right infertility treatment.

Because in vitro approaches receive so much publicity, some couples are disappointed when they find out they don’t qualify. To clarify who is eligible, here are some of the common conditions treated with IVF.

-Endometriosis is a condition where additional tissue forms outside of the uterus, sometimes causing interference with other organs. Depending on the severity, this condition can prevent fertilization. By using IVF tactics to fertilize the egg outside of the body, doctors can sometimes bypass the negative affects of endometriosis.

-Low sperm counts in males decrease the chances of fertilization simply through a numbers game. The higher the sperm count, the more likely that a healthy sperm will reach the egg. IVF is used in these cases to join the egg and sperm together manually to guarantee a perfect union.

-Fallopian tube or uterus issues are another qualification factor for in vitro fertilization. When these components are damaged or not working properly, it is nearly impossible for a woman to conceive. While any form of fertility treatment involving these cases are not a sure bet, sometimes it is the only option for couples who are seeking pregnancy.

-Unexplained instances of infertility can also be treated with IVF. In these cases, doctors perform a variety of tests to determine the cause of the problem. If the results of the testing come back negative, then the case is considered to be unexplained. Typically, this rare scenario is treated with less invasive options such as fertility drugs or hormone therapy. However, if these solutions don’t work, then IVF becomes another possibility for the couple.

The preceding conditions are the most common qualifying factors for use of in vitro fertilization. All of them carry a similar trait in that the process of fertilization within the body is impaired in some way. Since IVF fertilizes a woman’s egg with the male’s sperm outside of the body, it can significantly improve chances of a successful pregnancy.

Only a doctor can properly recommend IVF therapy. Prospective couples interested in pursuing this technique should start with a visit to their medical provider to learn all of their options.

By: Thomas Galley

Sabtu, 27 Oktober 2007

IVF After 40

Forty may be the new thirty and fifty may be the new forty but nobody told our reproductive systems. And never has society provided more assistance in convincing us of our new younger status, via the mega industries of cosmetic enhancement and reproductive assistance.

Botox is to the face what IVF is to the ovaries – they both involve needles, both hurt like hell but one has a far greater success rate. No prizes for guessing which one. It’s far easier in your forties to look like Nicollette Sheridan than to reproduce like Cherie Blair. And the success rates with IVF, the most assisted of assisted reproductive techniques, is negligibly more than natural rates.

For instance at 45, there is a one percent chance of getting pregnant at all and then at least a fifty percent chance of miscarrying. The chances of IVF success between 40 and 45 is averaged out at ten percent but really starts at this and diminishes dramatically each year which is why many clinics will not perform a cycle for women over 42 using their own eggs.

They say it’s due to not wanting to take large sums of money in return for little or no hope but possibly they don’t want to deflate their own success rates as it isn’t good for business and this is understandable - they need business in order to improve their services.

By the time I was ready to embark on fresh rounds of IVF at the age of 41, having succeeded at 38*, my potential success rate had practically halved and the potential miscarriage rate had risen by fifty percent – hardly encouraging. Yet had I not been lucky enough to conceive a child already, no doubt I’d be in California now, having mortgaged my house and busy organizing an egg donor.

We can turn back the clock in so many ways but our eggs remain the same. I can only assume that in future more women will freeze their eggs when young, having learnt from a generation of women who found themselves, via modern circumstance, able to rid themselves of frown lines but unable to conceive a child.

By Jodi Panayotov

Sabtu, 13 Oktober 2007

Perkembangan Bayi Tabung: Metode Pemilihan Gender (Sex Selection)

Apakah anda memimpikan mempunyai anak laki-laki yang gagah atau anak perempuan yang lucu?. Dulu hal ini mungkin akan terjadi atau malah sebaliknya tapi sekarang sebuah tehnologi baru dalam bayi tabung (in vitro fertilization) akan memberikan anda kesempatan dalam memilih jenis kelamin anak anda kelak. Pemilihan gender ini sekarang sedang hangat-hangatnya diperdebatkan dari segi etnis, moral maupun kelegalannya.

Pemilihan gender adalah sebuah metode yang digunakan untuk memiliki anak sesuai dengan jenis kelamin yang dikehendaki. Setiap sel telur memiliki satu kromosom X sementara sel sperma mengandung kromosom Y dan X. Ketika sel sperma dengan dominasi kromosom X membuahi sel telur maka akan melahirkan bayi perempuan dan sebaliknya, jika kromosom Y lebih dominan maka akan melahirkan bayi laki-laki. Maka peluang untuk melahirkan bayi laki-laki maupun perempuan adalah 50:50.
Tehnik pemilihan gender ini sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Dahulu, pemilihan gender dipengaruhi oleh posisi dalam hubungan seks, ketepatan waktu atau makanan khusus yang diberikan selama masa kehamilan. Tapi metode ini tidak didasari oleh penelitian ilmiah yang kuat dan sama sekali tidak meningkatkan peluang untuk memilih jenis kelamin bayi yang akan lahir kelak.

Alasan-alasan umum melakukan metode pemilihan gender:

Penyakit Keturunan
Beberapa penyakit keturunan berhubungan dengan jenis kelamin, seperti anak laki-laki yang rentan terhadap hemophilia dan pelemahan otot, maka para orang tua biasanya lebih memilih bayi perempuan.

Keseimbangan Keluarga
Pasangan yang sudah memiliki anak biasanya ingin memiliki anak lagi dengan jenis kelamin yang berbeda yaitu untuk 'menyeimbangkan' keluarganya.

Kematian Anak
Beberapa orang tua kehilangan anaknya di usia yang masih sangat muda. Metode pemilihan gender ini akan memberikan kesempatan pada orang tua untuk memiliki anak dengan jenis kelamin yang sama.

Alasan Lain
Adat istiadat, ekonomi keluarga dan alasan sosial lainnya.

Metode Pemilihan Gender:

Metode Gradient
merupakan salah satu metode yang paling sederhana dalam teknologi pemilihan gender. Sel sperma yang sudah ditampung kemudian diletakkan dalam mesin pemutar yang disebut Centrifuge. Dengan melalui proses pemutaran, sel sperma akan memisahkan kromosom Y dari kromosom X, yang lebih berat karena adanya materi genetik lainnya. Sel sperma yang dikehendaki kemudian akan digunakan dalam proses bayi tabung (in vitro fertlization) selanjutnya.
Metode gradient ini memiliki tingkat keberhasilan yang rendah tapi juga hanya memerlukan biaya yang lebih sedikit dari metode pemilihan gender lainnya.
Biaya: $600 per Cycle of IUI

Flow Cytometry
merupakan tehnik pemisahan sel sperma yang menggunakan fluorescent dye (substansi yang berguna untuk merubah warna) untuk menandai sperma yang mengandung kromosom X. Substansi ini menempel cepat pada materi genetik yang mengandung sperma. Karena sel sperm yang mengandung kromosom X lebih banyak memiliki materi genetik maka fluorescent dye ini akan menempel lebih banyak pada sel sperma ini dibandingkan dengan sel sperma yang mengandung kromosom Y. Kemudian mesin laser digunakan untuk memisahkan dua macam sel sperma tersebut yang lalu akan digunakan untuk proses bayi tabung.
Tingkat keberhasilan dari tehnik Flow Cytometry ini cukup tinggi, yaitu 60-70%.
Biaya: - ( terbatas untuk penelitian FDA)

Preimplantation Genetic Diagnosis (PGD)
PGD adalah metode yang terbaik dalam hal pemilihan gender. Metode ini merupakan prosedur yang rumit yang melibatkan penciptaan embrio yang kemudian dianalisis struktur sel dan DNA-nya. Embrio yang diciptakan dalam laboratorium dan kemudian membelah diri, lalu setelah 3-4 hari, satu sel dari setiap embrio yang membelah akan dipindahkan dan dianalisis DNA dan materi genetika-nya. Setelah jenis kelamin embrio tersebut diketahui, maka hanya embrio yang berjenis kelamin yang diinginkanlah yang kemudian akan diimplantasikan kedalam uterus si pasien melalui prosedur IVF.
Tingkat keberhasilan PGD nyaris sempurna, yaitu sekitar 99%.
Biaya: $2,000 - $4,000 (exclude IVF procedures cost)

Legal atau Ilegal?

Sekarang sedang hangat-hangatnya diperdebatkan di seluruh dunia. Ini dikarenakan metode pemilihan gender ini dipandang melawan moral dan kode etik oleh banyak orang. Beberapa pendapat mengatakan bahwa pemilihan gender ini membuat diskriminasi seksual dan stereotips. Banyak pula yang mengkhawatirkan bahwa metode pemilihan gender ini akan membawa efek negatif pada perbandingan pertumbuhan antara wanita dan pria di beberapa negara serta akan menimbulkan keinginan lain untuk memilih karakteristik anak-anak kita kelak, seperti: warna rambut, warna mata dan level intelegensi-nya. Karena alasan-alasan inilah beberapa negara melarang penggunaan metode pemilihan gender ini yang tidak disertai alasan medis yang kuat.
Metode pemilihan gender tersedia di hampir semua klinik fertilitas di Amerika, tapi tehnik ini hanya dapat digunakan untuk mereka yang memiliki masalah genetika. Pemilihan gender dengan tidak didasari alasan medis tidak diperkenankan di Inggris dan Kanada. Jika anda tertarik dengan tehnik ini, sebaiknya hubungi dahulu pemerintah lokal anda tentang kebijakan dan hukum yang behubungan dengan pemilihan gender ini.

Selasa, 02 Oktober 2007

PENTING: Diagnosis Embrio Pra-Implantasi (PGD)

Konferensi Genetika Manusia minggu ini menjelaskan bahwa semua embrio yang digunakan dalam prosedur In vitro fertilization (IVF) harus ditinjau ulang sebelum dilakukan implantasi untuk pemeriksaan kenormalan genetik yang terdapat didalam embrio tersebut.Dengan cara memonitor perkembangan embrio akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan mendapatkan bayi yang sehat untuk wanita diatas 35 tahun yang menggunakan metode IVF.
Penelitian yang dilakukan terhadap 709 pasangan menunjukan bahwa 81% pasangan yang melakukan diagnosis embrio sebelum proses implantasi akan melahirkan bayi yang sehat sedangkan 19% sisanya kemungkinan akan melahirkan bayi abnormal atau bahkan tidak dapat memiliki bayi sama sekali. 40-70% embrio memiliki ketidaknormalan kromosom, maka dengan cara memilih embrio yang normal dan sehat yang lalu akan dipindahkan, kemungkinan bayi yang lahir adalah bayi yang sehat dan normal.
Diagnosis kromosom pada embrio pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 dan di negara Inggris Raya, penggunaannya masih terbatas, yakni hanya ditujukan bagi pasien pengidap fibrosis cystic (pembengkakan sistem urinal), penyakit Hunington atau bakteri tumor yang merupakan cikal bakal dari kanker usus. Hal lainnya juga dikarenakan bahwa biaya dari diagnosis embrio tersebut memerlukan biaya tambahan diluar biaya prosedur standar IVF. Besarnya biaya tersebut dapat ditekan dari biaya standar IVF dengan cara menyedikitkan siklus perawatan yang ada.
Pra-Genetics Diagnotics juga dikenal sebagai salah satu metode yang memungkinkan si pasien dalam memilih jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan kelak.