Rokok berkaitan erat dengan kemampuan reproduksi. Salah satunya, adalah kemampuan seorang pria untuk menghasilkan sperma yang berkualitas. Berbagai penelitian membuktikan bahwa rokok bisa menurunkan kualitas sperma. Ini sangat masuk akal mengingat dalam sebatang rokok terdapat sekitar 4.000 partikel kimia yang berbahaya bagi tubuh alias beracun.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa racun dalam rokok ini bisa masuk ke testis, sehingga mengganggu perkembangan sperma. Partikel tersebut masuk ke darah dan semen. "Kondisi pada sperma akibat rokok itu bisa dilihat dari jumlah spermanya yang berkurang, gerakannya menjadi lambat, dan bentuknya menjadi jelek," jelas embriologis dari Klinik Infertilitas Permata Hati RS Dr Sardjito, dr Ita Fauzia Hanoum, MCE.
Ada penelitian yang bisa membuktikan kalaupun bentuk sperma tidak bermasalah, kemudian gerakannya tidak terlalu berpengaruh, jumlahnya juga tidak terlalu turun, tetapi DNA-nya rusak. Jadi, kata dia, sekarang yang menjadi perhatian para perokok, terutama perokok berat, adalah kemungkinan tidak punya anak.
Penelitian yang mengemukakan bahwa rokok dapat mempengaruhi kualitas sel DNA sperma pria banyak membuat papa pria tersebut memilih jalur bayi tabung dalam hal memperoleh keturunan, tapi lewat proses bayi tabung-pun, DNA sel sperma yang sudah rusak akan tetap mempengaruhi proses kelahiran bayi tabung.
Kerusakan DNA itu bisa mempengaruhi banyak hal, bisa yang minor sampai ke mayor.
"Angka keguguran menjadi tinggi. Kalau ayah dan ibunya merokok, kontribusinya menjadi dua, tetapi kalau ibunya tidak merokok, angka kegugurannya karena DNA ayahnya rusak," tandasnya. Parahnya lagi, kalau si ibu tidak mengalami keguguran dan anak lahir hidup, anaknya mungkin ada kecacatan tertentu. "Apalagi bila si isteri usainya sudah lanjut, suami merokok, angka kecacatan anaknya akan semakin tinggi," jelasnya.
Di Klinik Permata Hati belum dilakukan penelitian tentang hubungan laki-laki yang ikut program bayi tabung dengan perilaku merokok, tetapi mereka selalu ditanya apakah mereka merokok atau tidak. Disarankan pula kepada para suami perokok yang ikut program bayi tabung agar tidak merokok. ''Memang ada yang mempertimbangkan hal itu, tetapi sebagian besar menganggap tidak ada pengaruhnya dan tidak peduli. Mereka tetap merokok. Padahal pendidikan mereka menengah ke atas,'' ungkap Ita. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa suami perokok kemampuan untuk menghamili isterinya lebih lambat daripada suami yang tidak merokok. Kalaupun sang istri bisa hamil, masalah lain akan menanti di depan mata. Maka dari itu cara bayi tabung pun tetap tidak akan memberikan hasil yang baik jika anda tetap merokok.
Jumat, 16 November 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar